Pengikut

Senin, 21 Oktober 2019

HIJRAH HATI DENGAN MENUJU ALLAH


Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang muslim adalah yang membuat orang-orang muslim yang lain selamat dari lisan dan tangannya. Adapun orang yang berhijrah adalah orang yang hijrah meninggalkan larangan-larangan Allah” (HR. Bukhari)
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah, di dalam hadits yang agung ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa hakikat keislaman itu diwujudkan dengan kepasrahan/istislam kepada Allah, menunaikan kewajiban kepada-Nya, serta menunaikan hak-hak sesama muslim. Selain itu, hadits ini menunjukkan bahwa terdapat hijrah yang hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim, yaitu hijrah meninggalkan dosa-dosa dan kemaksiatan. Kewajiban hijrah semacam ini tidak pernah gugur darinya dalam keadaan bagaimana pun (lihat Bahjah al Qulub al Abrar, oleh Syaikh As Sa’di)
Hijrah yang dimaksud di dalam hadits ini mencakup dua bagian. Pertama; hijrah secara batin, yaitu dengan meninggalkan bujukan-bujukan hawa nafsu yang menyeret kepada keburukan dan meninggalkan rayuan setan. Inilah yang disebut dengan istilah hijrah dengan hati. Adapun yang kedua ; hijrah secara lahiriyah yaitu dengan menyelamatkan agamanya dari terpaan fitnah-fitnah/kerusakan, kekacauan, dan kerancuan (lihat Fath al Bari, oleh Al Hafizh Ibnu Hajar)
Dengan demikian, hijrah kepada Allah maknanya adalah meninggalkan apa-apa yang dibenci Allah menuju apa-apa yang dicintai-Nya, yaitu meninggalkan kemaksiatan menuju ketaatan.

Al Firar ila Allah (Berlari Menuju Allah)

Meninggalkan apa-apa yang dibenci Allah kepada apa-apa yang dicintai-Nya itulah yang dikenal dengan istilah al firar ila Allah (berlari menuju Allah). Hal itu Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), “Maka berlarilah kalian menuju Allah” (QS. Adz Dzariyat : 50)
Hijrah kepada Allah ini mengandung sikap meninggalkan segala hal yang dibenci oleh Allah kemudian diikuti dengan melakukan apa saja yang dicintai dan diridhai-Nya. Pokok hijrah ini adalah rasa cinta dan benci di dalam hati. Dalam artian seorang yang berhijrah meninggalkan sesuatu (baca ; maksiat) kepada sesuatu yang lain (baca ; ketaatan) tentu saja karena apa yang dia tuju lebih dicintai daripada apa yang dia tinggalkan. Oleh sebab itulah dia lebih mengutamakan perkara yang lebih dicintainya daripada perkara-perkara lainnya (lihat Adh Dhau’ Al Munir ‘ala At Tafsir, oleh Imam Ibnul Qayyim)
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, dari sini kita bisa memetik pelajaran bahwa hijrah dengan hati kepada Allah menuntut kita untuk memiliki kesadaran dan ilmu mengenai apa yang Allah benci dan apa yang Allah cintai. Karena hakikat hijrah ini adalah meninggalkan perkara yang dibenci-Nya menuju perkara yang dicintai-Nya. Perkara yang dibenci Allah itu meliputi syirik, kekafiran, kemunafikan, bid’ah, dan kemaksiatan. Adapun perkara yang dicintai Allah itu mencakup tauhid, keimanan, ikhlas, mengikuti tuntunan, dan melakukan ketaatan-ketaatan.

Menyelamatkan Diri Dari Adzab

Melakukan hal-hal yang Allah cintai dan menjauhi hal-hal yang Allah benci merupakan sarana untuk menyelamatkan diri dari adzab dan murka Allah. Hal ini merupakan buah dan faidah hijrah kepada Allah. Dengan melakukan ketaatan dan meninggalkan maksiat. Dengan iman dan ketakwaan, meninggalkan kekafiran dan kefajiran. Dengan ikhlas dan kesetiaan terhadap tuntunan dan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Meninggalkan kemunafikan, riya’ serta ajaran-ajaran baru yang tidak dituntunkan.
Oleh sebab itu, sebagian ulama menafsirkan firman-Nya (yang artinya), “Maka berlarilah kalian kepada Allah” (QS. Adz Dzariyat : 50) dengan tafsiran yang artinya, “Selamatkanlah diri kalian dari adzab Allah menuju limpahan pahala, yaitu dengan iman dan ketaatan” (lihat Adh Dhau’ Al Munir ‘ala At Tafsir, oleh Imam Ibnul Qayyim)
Sebab utama yang akan membebaskan dari adzab Allah adalah tauhid dan keimanan seorang hamba. Dengan tauhid dan iman itulah dirinya akan selamat dari kekalnya siksa neraka. Berbeda halnya dengan orang kafir atau musyrik. Betapa pun banyak jasa dan kebaikan mereka kepada manusia, jika mereka kafir dan mempersekutukan Allah maka di akhirat mereka kekal dihukum di dalam neraka; sebagai balasan setimpal atas dosa, kezaliman, dan kejahatannya selama di dunia. Amalnya akan sirna dan sia-sia, terhapus dan hancur akibat syirik dan kekafiran mereka kepada Allah ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah haramkan atasnya surga dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu penolong” (QS. Al Ma’idah : 72)
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu, jika kamu berbuat syirik niscaya lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu termasuk golongan orang-orang yang merugi” (QS. Az Zumar : 65)
Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang kafir setelah beriman, maka lenyaplah amalannya dan di akhirat dia akan menjadi orang yang merugi” (QS. Al Maa-idah : 5)

Syirik Kezaliman Terbesar

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus para utusan Kami dengan keterangan-keterangan yang jelas dan Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca agar umat manusia menegakkan keadilan” (QS. Al Hadid: 25)
Ibnul Qayyim berkata, “Allah Subhanahu mengabarkan bahwasanya Dia telah mengutus rasul-rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya supaya umat manusia menegakkan timbangan (al qisth) yaitu keadilan. Diantara bentuk keadilan yang paling agung adalah tauhid. Ia adalah pokok keadilan dan pilar penegaknya. Adapun syirik adalah kezaliman yang sangat besar. Sehingga, syirik merupakan tindak kezaliman yang paling zalim, dan tauhid merupakan bentuk keadilan yang paling adil.” (lihat Ad Daa’ wa Ad Dawaa’)
Beliau juga berkata, “Sesungguhnya orang musyrik adalah orang yang paling bodoh tentang Allah. Tatkala dia menjadikan makhluk sebagai sesembahan tandingan bagi-Nya. Itu merupakan puncak kebodohan terhadap-Nya, sebagaimana hal itu merupakan puncak kezaliman dirinya. Sebenarnya orang musyrik tidaklah menzalimi Rabbnya. Karena sesungguhnya yang dia zalimi adalah dirinya sendiri.” (lihat Ad Daa’ wa Ad Dawaa’)
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa lain yang berada di bawah tingkatan syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya” (QS. An Nisaa’ : 48).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai anak Adam! Seandainya kamu datang kepada-Ku dengan membawa dosa hampir sepenuh isi bumi lalu kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku pun akan mendatangimu dengan ampunan sebesar itu pula” (HR. Tirmidzi dan beliau nilai derajatnya hasan)
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, niscaya dia masuk ke dalam neraka” Dan aku -Ibnu Mas’ud- berkata, “Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, maka dia pasti akan masuk surga” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tunduk Kepada Syari’at Allah

Termasuk di dalam cakupan hijrah kepada Allah adalah dengan mengikuti aturan dan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya bagi umat manusia. Baik aturan itu menyangkut masalah ibadah/ritual, akhlak/perilaku, mu’amalah, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Sebab Islam adalah ajaran yang lengkap dan sempurna, meliputi berbagai sisi kehidupan. Dengan tunduk kepada hukum-hukum Allah akan mendatangkan hidayah, ketentraman dan keselamatan, di dunia dan di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku maka dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka” (QS. Thaha : 123). Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah pantas bagi orang yang beriman lelaki atau perempuan, untuk memiliki pilihan lain dari urusan mereka pada saat Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara. Barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang amat nyata” (QS. Al Ahzab : 36)
Diantara bentuk ketundukan kepada syari’at Allah adalah dengan memberikan ketaatan kepada ulama dan umara/pemerintah dalam hal-hal yang ma’ruf/kebaikan. Demikian pula wajib mengembalikan segala perselisihan kepada Al Qur’an dan As Sunnah. Inilah yang disebut dengan ketundukan kepada hukum Allah.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan juga ulil amri/para pemimpin diantara kalian. Kemudian, apabila kalian berselisih dalam suatu masalah, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Hal itu lebih baik dan lebih bagus hasilnya” (QS. An Nisaa’ : 59)

Penutup

Kaum muslimin yang dirahmati Allah, dari penjelasan-penjelasan tadi teranglah bagi kita bahwa sesungguhnya kebahagiaan dan keselamatan yang hakiki hanya bisa diraih dengan kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, yaitu meninggalkan segala hal yang dibenci dan tidak diridhai-Nya menuju apa-apa yang dicintai dan diridhai-Nya. Untuk tujuan itulah Allah Ta’ala menciptakan segenap jin dan manusia. Allah ta’alaberfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyat : 56). Wallahu a’lam bish shawaab.
Penulis : Ustadz Ari Wahyudi, S.Si (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ustadz Abu Salman
Sumber : https://buletin.muslim.or.id

Agar Nyaman dan Maksimal Menutup Aurat, Begini Cara Memilih Busana Muslim yang Tepat!


Kebanyakan orang berpendapat bahwa dengan menjadi wanita muslimah dan menggunakan baju muslim serta hijab akan membuat penampilan menjadi kurang menarik dan sama sekali tidakstylish. Namun, mereka yang berpendapat seperti itu sangatlah salah besar, karena faktanya, sekarang busana muslimah justru menjadi tren berbusana bagi banyak orang, terutama wanita. Bahkan bukan hanya wanita, bagi mereka para pria pun ada banyak sekali model atau styleberpakaian dengan baju muslim yang keren.
Dan pada kesempatan kali ini, saya akan memberikan beberapa tips memilih baju muslim untuk anda para wanita muslimah yang ingin bisa tampil stylish dan memenuhi kodrat wanita muslim untuk menggunakan hijab dan baju muslim. Bukan hanya baju muslim saja yang berkembang, bahkan hijab dan aksesorisnya pun ikut berkembang dengan banyak sekali style menarik dan ini pun menjadi salah satu faktor kenapa sekarang banyak sekali artis-artis yang mulai hijrah menggunakan hijab dan baju muslim, karena mereka sadar betul bahwa sekarang fashion baju muslim sangatlah bagus.

1. Sebelum Memilih Model Baju Muslim, Tentukan Dulu Bahan yang Dipakai

baju muslim
baju muslim via http://www.muslimgamis.com
Ini yang paling sering orang lupakan saat memilih busana, tak terkecuali baju muslim. Kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan kualitas bahan dan cenderung mementingkan dari segi model saja, padahal mempertimbangkan kualitas bahan apa yang digunakan di baju muslim tersebut sangatlah penting. Pilihlah bahan yang ringan namun lembut dan flowly, mulai dari bahan sutra,polyester, satin maupun sifon. Bahan-bahan seperti ini akan memberikan efek glow pada baju muslim anda sehingga akan terlihat elegan dan stylish. Jangan lupa juga mementingkan bahan bukan hanya baju muslimnya saja, hijab dan lainnya pun harus diperhatikan.

2. Gunakan Kombinasi Baju Muslim dan Hijab yang Benar-benar Pas

kombinasi baju muslim
kombinasi baju muslim via http://google.com

ADVERTISEMENT

Bagi mereka yang paham betul soal dunia fashion tentu sudah tidak asing lagi dengan tips yang satu ini. Ya, memadupadankan kombinasi antara hijab dan juga busana yang dipakai adalah salah satu cara utama untuk membuat fashion anda kian maksimal. terkadang orang tidak tahu dan mengabzikan soal kecocokan antara model dan warna baju muslim dengan hijab, sehingga meskipun bagus karena tidak cocok, alhasil menjadi terlihat kurang menarik. Pilihlah kombinasi busana muslim dan hijab yang pas dari segi warna, model, aksesoris dan lain sebagainya. Misalnya saja busana muslim anda adalah bernuansa polos, maka hijab yang dipakai alangkah baiknya dari kain satin agar memperlihatkan kesan mewah dan modelnya tidak perlu yang terlalu rumit. Sederhana saja.

3. Kalau Perlu, Pakai Juga Aksesoris Hijab!

pakai aksesories
pakai aksesories via http://hipwee.com

4. Jika Kamu Berniat Menggunakan Baju Muslim Untuk Menghadiri Acara Penting, Bisa Gunakan Model Long Dress

model baju long dress
model baju long dress via http://google.com
Untuk anda para wanita yang ingin menghadiri sebuah cara baik itu pesta dan lain sebagainya, anda bisa mencoba mempertimbangkan model busana muslim long dress seperti gamis. Sekarang ini tren long dress merupakan salah satu pilihan terbaik bagi kebanyakan wanita, dengan model ini anda akan lebih terlihat feminim dan jika ingin lebih maksimal, kombinasikanlah dengan hijab yang segi empat dan untuk model hijabnya yang simpel saja untuk memberi kesan syar'i pada busana muslim anda.

5. Pilihlah Hijab yang Syar'i

hijab syari
Tips terakhir dalam memilih baju muslim adalah memperhatikan dengan betul mengenai model hijab. Seperti yang kita tahu, hijab merupakan elemen paling penting dalam sebuah penampilan busana muslim. Sekarang ini ada banyak sekali model hijab dari mulai yang sederhana sampai yang rumit, namun satu hal yang pasti, pilihlah model hijab yang benar-benar syar'i, ini sangat penting untuk membuat kesan wanita muslimah melekat pada diri anda, percuma dong, kalau busana muslimnya sudah oke, tapi hijabnya dan busananya tidak mencerminkan syar'i.
Sumber : https://www.hipwee.com

kiat agar hijrah tidak gagal



Istilah “hijrah” menjadi lebih populer di zaman ini. Hijrah yang dimaksudkan yaitu mulai kembali kepada kehidupan beragama, berusaha mematuhi perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menjadi lebih baik, karena sebelumnya tidak terlalu peduli atau sangat tidak peduli dengan aturan agama. Istilah ini dibenarkan, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan bahwa orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah dan kembali kepada Allah dan agamanya.

Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﻭَﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮُ ﻣَﻦْ ﻫَﺠَﺮَ ﻣَﺎ ﻧَﻬَﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪ
”Dan Al-Muhaajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah”. [1]
Sangat membuat kita sedih, ketika ada sebagian saudara kita yang “hijrahnya gagal” yaitu tidak istiqamah di atas agama, kembali lagi ke dunia kelamnya yang dahulu dan kembali melanggar larangan Allah.
Berikut kiat-kiat agar “hijrah tidak gagal” dan dapat istiqamah di jalan agama:
1. Berniat ikhlas ketika hijrah
Hijrah bukan karena tendensi dunia atau kepentingan dunia tetapi ikhlas karena Allah. Seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya dan sesuai dengan niat hijrahnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍْﻷَﻋْﻤَﺎﻝُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻴَّﺎﺕِ ﻭَﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺍﻣْﺮِﺉٍ ﻣَﺎ ﻧَﻮَﻯ . ﻓَﻤَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟِﻪِ، ﻭَﻣَﻦْ ﻛَﺎﻧَﺖْ ﻫِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﻟِﺪُﻧْﻴَﺎ ﻳُﺼِﻴْﺒُﻬَﺎ ﺃَﻭْ ﺍﻣْﺮَﺃَﺓٍ ﻳَﻨْﻜِﺤُﻬَﺎ ﻓَﻬِﺠْﺮَﺗُﻪُ ﺇِﻟَﻰ ﻣَﺎ ﻫَﺎﺟَﺮَ ﺇِﻟَﻴْﻪِ
“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan rasul-Nya. Dan barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau mendapatkan wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia inginkan itu.” [2]
Bahkan kita tetap harus meluruskan niat ketika telah hijrah agar tetap istiqamah, karena yang namanya hati sering berubah-ubah dan mudah berubah niatnya. Niat dan ikhlas adalah perkara yang berat untuk dijaga agar istiqamah dan sangat membutuhkan pertolongan Allah.
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata,
ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي ؛ لأنها تتقلب علي
“Tidaklah aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak-balik” [3]
2. Segera mencari lingkungan yang baik dan sahabat yang shalih
Ini adalah salah satu kunci utama sukses hijrah, yaitu memiliki teman dan sahabat yang membantu untuk dekat kepada Allah dan saling menasehati serta saling mengingatkan. Hendaknya kita selalu berkumpul bersama sahabat yang shalih dan baik akhlaknya.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)” (QS. At-Taubah: 119).
Agama seseorang itu sebagaimana agama teman dan sahabatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” [4]
Perlu diperhatikan bahwa hati manusia lemah, apalagi ketika sendiri. Perlu dukungan, saling menasehati antar sesama. Selevel Nabi Musa ‘alaihissalam saja memohon kepada Allah agar mempunyai teman seperjuangan yang bisa membantunya dan membenarkan perkataannya, yaitu Nabi Harun ‘alaihissalam. Beliau berkata dalam Al-Quran,
وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي لِسَاناً فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءاً يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ
“Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku” (QS. Al-Qashash: 34).
Mereka yang “gagal hijrah” bisa jadi disebabkan karena masih sering berkumpul dan bersahabat dekat dengan teman-teman yang banyak melanggar larangan Allah.
3. Menguatkan fondasi dasar tauhid dan akidah yang kuat dengan mengilmui dan memahami makna syahadat dengan baik dan benar
Syahadat adalah dasar dalam agama. Kalimat ini tidak sekedar diucapkan akan tetapi kalimat ini mengandung makna yang sangat mendalam dan perlu dipelajari lebih mendalam. Allah menjelaskan dalam Al-Quran bahwa kalimat syahadat akan meneguhkan seorang muslim untuk kehidupan dunia dan akhirat jika benar-benar mengilmui dan mengamalkannya.
Allah Ta’ala berfirman,
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan Allah memperbuat apa yang Dia kehendaki” (QS. Ibrahim: 27).
Maksud dari “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh…” sebagaimana dalam hadits berikut.
الْمُسْلِمُ إِذَا سُئِلَ فِى الْقَبْرِ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، فَذَلِكَ قَوْلُهُ ( يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ )
“Jika seorang muslim ditanya di dalam kubur, lalu ia berikrar bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka inilah tafsir ayat: ‘Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat’” (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Mempelajari Al-Quran dan mengamalkannya
Tentu saja, karena Al-Quran adalah petunjuk bagi kehidupan di dunia agar selamat dunia dan akhirat. Sebagaimana seseorang yang hendak pergi ke suatu tempat, tentu perlu petunjuk dan arahan berupa peta dan penunjuk jalan semisalnya. Jika tidak menggunakan peta dan tidak ada orang yang memberi petunjuk, tentu akan tersesat dan tidak akan sampai ke tempat tujuan. Apalagi ternyata ia tidak tahu bagaimana cara membaca peta, tidak tahu cara menggunakan petunjuk yang ada serta tidak ada penunjuk jalan, tentu tidak akan sampai dan selamat.
Allah menurunkan Al-Quran untuk meneguhkan hati orang yang beriman dan sebagai petunjuk. Membacanya juga dapat memberikan kekuatan serta kemudahan dalam beramal shalih dan berakhlak mulia dengan izin Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Quran itu dari Rabbmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’” (QS. An-Nahl: 102).
Allah Ta’ala  juga berfirman,
هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
“Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman” (QS. Fushilat: 44).
5. Berusaha tetap terus beramal walaupun sedikit
Ini adalah kuncinya, yaitu tetap beramal sebagai buah ilmu. Amal adalah tujuan kita berilmu, bukan sekedar wawasan saja, karenanya kita diperintahkan tetap terus beramal meskipun sedikit dan ini adalah hal yang paling dicintai oleh Allah.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” [5]
Beramal yang banyak dan terlalu semangat juga kurang baik, apalagi tanpa ada ilmu di dalam amal tersebut, sehingga nampakanya seperti semangat di awal saja tetapi setelahnya kendur bahkan sudah tidak beramal lagi.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata padanya,
يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
“Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.” [6]
6. Sering berdoa dan memohon keistiqmahan dan keikhlasan
Tentunya tidak lupa kita berdoa agar bisa tetap istiqamah beramal dan beribadah sampai menemui kematian
Allah Ta’ala berfirman,
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al-yaqin (yakni ajal)” (QS. Al-Hijr: 99).
Doa berikut  ini sebaiknya sering kita ucapkan dan sudah selayaknya kita hafalkan.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
‘Rabbanaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lanaa Min-Ladunka Rahmatan, innaka Antal-Wahhaab’
“Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Dzat yang Maha Pemberi (karunia)” (QS. Ali Imran: 8).
Dan doa ini,
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ
‘Ya Muqallibal Quluubi Tsabbit Qalbiy ‘Alaa Diinika’.
“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.” [7]
Dan masih banyak doa yang lainnya.
Tidak lupa pula kita selalu berusaha dan berdoa agar kita ikhlas dalam beribadah dan beramal. Ikhlas hanya untuk Allah semata serta jauh dari riya, mengharapkan pujian manusia dan tendensi dunia.
Semoga kita selalu diberikan keikhlasan dan keistiqamahan dalam beramal.
@ Perum PTSC, Cileungsi, Bogor
Penulis: dr. Raehanul Bahraen
Artikel: Muslim.or.id


Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/34490-kiat-agar-hijrah-tidak-gagal.html


Sumber : https://muslim.or.id

Hijrahku Hijrahmu


Assalamu'alaikumm.. Aku Hermansyah, berusia 25 Tahun mendengar kata Hijrah membuatku tertarik menulis story ini.. semoga bisa menginspirasi pembaca sekalian. Aminn.. "Hijrah" satu kata berjuta makna, satu kata yg kesempurnaanya pun masih aku usahakan hingga sekarang, didalamnya penuh air mata, perjuangan, proses yang panjang dan banyak menguras emosi dlm jiwa. Tapi tujuannya begitu Indah, mencapai keridhoan dari sang Pencipta, Hijrahku bukan untuk diriku seorang, tapi hijraku adalah hijramu, bersama kita berhijrah untuk kebaikan dlm hidup. meninggalkan berbagai kenikmatan dunia bukanlah hal yg mudah, terlebih bila sudah menjadi kebiasaan sehari-hari, Dijauhi teman yg kurang suka dgn sikap baru kita yg tibatiba berubah, bukan hal aneh.. sering dibilang kuno, kolot dan jadul, di cap sok agamis, selalu membawa nama tuhan, tak bisa diajak bercanda dan selalu ceramah mulu, Itulah sebagian dari kalimat² yg sering aku terima ketika menjalani proses ini. Aku tak marah karena memang itulah faktanya, dan aku ambil hikmah dari kejadian ini, hal inilah yg membuka mataku, hijrah tak bisa langsung tiba² menjadi sosok yg berbeda, karena tak heran jika mereka yg mengenal sosok ku yg dlu akan menjauh secara perlahan, aku berfikir sangat disayangkan, karena hijrahku bukan untukku sendiri aku berharap hijrahku bisa membawa dampak positif bagi orang disekitarku karena bagiku nikmat hijrah terlalu sayang untuk dijalani sendiri, dari sini aku mulai secara perlahan, harus berproses ttp menjadi diri sendiri tapi dgn kebaikan didalamnya, aku kembali membuka pergaulan, menjalin silatirahim dgn teman²ku, aku berfikir bagaimana hijrahku bisa diterima dan bisa menginspirasi orang lain. Disinilah tantanganya aku harus ttp menjadi diriku dgn meninggalkan sedikit demi sedikit kebiasaan burukku, aku tetap menjaga silaturahim dgn teman² ku, membuka pergaulan seluas luasnya dan berusaha tetap istiqomah dlm hatiku. Sulit memang, tapi percayalah berhijrah untuk lebih mendekatkan diri pada Allah nikmat nya jauh lebih Indah dari pada dunia dan segala Isinya! Proses hijrahku yg panjang hingga saat ini, tak melulu mulus, normal nya seperti para pelaku hijrah lainnya, akan banyak pergolakan batin, pertentangan diri dan rasa minder dlm hari hari menghadapi proses berhijrah, sempat menyerah, bangkit lagi, menyerah dan bangkit lagi hingga sampai detik ini terus berproses, pada akhirnya hidayah itu datang lewat berbagai hal yang tak terduga, seperti musibah yg menimpa keluarga, berbagai ujian kecil yg seperti menampar perasaan dalam hati, hingga perasaaan lelah menjalani hari hari dengan jauh dari Allah swt, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَا السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ فِي الْكُرْسِيِّ إِلاَّ كَحَلْقَةٍ مُلْقَاةٍ بِأَرْضِ فَلاَةٍ، وَفَضْلُ الْعَرْشِ عَلَى الْكُرْسِيِّ كَفَضْلِ تِلْكَ الْفَلاَةِ عَلَى تِلْكَ الْحَلْقَةِ

“Perumpamaan langit yang tujuh dibandingkan dengan Kursi seperti cincin yang dilemparkan di padang sahara yang luas, dan keunggulan ‘Arsy atas Kursi seperti keunggulan padang sahara yang luas itu atas cincin tersebut" 1 hadist yg begitu mendalam buatku, 1 hadist yg kudengar dari salah satu pengajian yg menjadi langkah awal ku untuk berhijrah. betapa dunia yg kita anggap luas, dunia yg kita sombongkan didalamnya, dunia yg kita puja dan kejar kenikmatannya, bahkan mungkin tak lebih besar di banding sebuah debu di padang pasir. Apa yg manusia sombongkan, Allah yg maha kuasa bahkan sangat mampu membinasakan kita dlm sekejap, apalah arti kita bagi Allah yg sungguh kecil ini, tapi Allah maha pengasih lagi maha penyayang, begitu besar nikmat yg sudah kita kecap tapi masih membangkang aka perintahNya, dari sini aku tersadar Allah bahkan tak butuh kita, tapi kitalah yang sangat membutuhkan nya, Karena benar adanya Hidayah bukan untuk ditunggu tapi untuk dijemput. Jangan jadikan waktu kita didunia menjadi kesia²an yg nantinya akan menjadi penyesalan, Akhirat itu kekal dan jadikan dunia yg sementara ini lahan memperoleh bekal untuk menghadapi keabadian. Semoga para pembaca bisa mengambil pelajaran dari tulisan perdana ku yg masih jauh dari kata sempurna dan kita sama² belajar dam terus belajar untuk berusaha mendekatkan diri pada Allah Swt. Wassalamu'alaikum..
Sumber :https://kumparan.com

Hijrah Membuka Pintu Hidayah


Terlahir sebagai seorang muslimah tak lantas membuatku taat secara utuh dalam beragama. Meskipun aku tinggal bersama keluarga yang menganut agama Islam, namun kultur Kejawen masih sedikit melekat. Oleh sebab itu, sedari balita hingga sarjana aku belum menjalankan salah satu kewajibanku sebagai seorang muslimah; mengenakan . Didukung dengan mayoritas kaum wanita di keluargaku yang belum mengenakan hijab sehingga aku merasa wajar untuk tidak mengenakan hijab.
Bukan hanya dari segi penampilan saja, dari sikap dan perilaku pun aku masih jauh dari figur muslimah berakhlak mulia. Tercermin dari pergaulanku semasa remaja; kontak fisik dengan teman laki-laki yang jelas-jelas bukan mahramku. Saat jam istirahat dan waktunya bermain aku dan teman laki-lakiku sering saling menepuk pundak, melakukan high five atau juga bercanda dengan mencubit atau memukul ringan. Untuk teman laki-laki terlihat jelas ya kalau bukan mahram, namun kadang interaksi dengan anggota keluarga masih ambigu mana yang termasuk mahram dan mana yang bukan. Sebagai contoh, saudara seperti paman dan sepupu atau keponakan laki-laki bukanlah mahram dan sebelum berhijrah aku sering bersalaman dan cipika-cipiki (tradisi dari keluarga ibuku selain bersalaman dengan sanak saudara) dengan mereka. Ditambah, aku pernah berpacaran dan sering jalan berdua alias berkhalwat. Wah, makin jauhlah jalanku untuk menjadi seorang muslimah.
Namun demikian, nyatanya Allah Azza wa Jalla masih sayang kepadaku. Aku tidak dibiarkan tersesat terlalu jauh. Tepat setelah lulus kuliah, saat hari lahirku berulang untuk yang ke-22 kali, aku memantapkan hatiku untuk berhijab. Awalnya langkahku ini ditentang oleh keluargaku karena pada saat itu sedang ramai tentang teroris-teroris yang mengaku berjihad. Keluargaku khawatir aku akan terjerumus atau dianggap ikut dalam aliran sesat. Memang pada saat kita memutuskan untuk berhijab kita pasti menjadi ‘haus’ akan ilmu-ilmu Islam yang jarang kita cari tahu semasa jahiliyah dulu. Tetapi aku meyakinkan keluargaku bahwa aku dapat menjaga diri sendiri dan mendalami Islam dengan sebenar-benarnya Islam sesuai Al-Quran dan Al-Hadits. Ucapanku tersebut kubuktikan pula dengan memperbaiki sedikit demi sedikit perilaku dan akhlakku; yang pada saat itu aku masih berpacaran meski sudah berhijab, akhirnya aku memutuskan untuk menjadi singlelillah (single karena Allah). Yang tadinya easy going jalan sama teman laki-laki meski wanita sendiri, sekarang mulai menjaga jarak agar tidak pergi sendiri tanpa teman wanita lain. Proses hijrahku terlihat mudah? Tentu tidak. Beberapa kali keluargaku mendesak untuk memikirkan ulang keputusanku berhijab. Begitu pula dengan pasanganku pada saat itu yang sering protes dengan sikapku yang mulai acuh karena menolak untuk ngedate lagi. Namun lagi-lagi Allah menunjukkan kasih sayangnya kepadaku dengan cara menguatkanku untuk menghadapi hal-hal tersebut.
Pada akhirnya, keluargaku mendukung keputusanku dan yang lebih mengejutkan buatku adalah ibuku yang mulai menutup auratnya. Alhamdulillah, proses hijrahku membuka pintu hidayah untuk orang tuaku. Hingga kini, keluargaku sedikit demi sedikit mempelajari Islam lagi dari semula agar memahami dan mengamalkan Islam secara paripurna. Memang belum seutuhnya sempurna, tetapi kami belajar terus-menerus untuk memperbaiki diri.
Untuk teman-teman yang sedang menjalani proses hijrah dan mengalami berbagai tantangan, semoga Allah memampukan kalian untuk istiqamah di jalanNya. Dan untuk teman-teman yang takut atau tidak tahu bagaimana memulai berhijrah, semoga Allah segera memberikan hidayahNya agar kalian mantap dalam berhijrah. Niatkan hijrah kalian karena Allah, karena Allah telah berfirman dalam KalamNya:
"Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)" - QS Al-A’raaf: 178
Barakallah!
Sumber : https://kumparan.com

Tips Hijrah Untuk Perempuan



Setiap perempuan di dunia ini seburuk apapun masa lalu nya, mereka selalu punya kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik dan juga memiliki kesempatan untuk menjadi muslimah salehah dengan cara “Hijrah” atau berubah menjadi lebih dekat dengan Allah SWT, salah satu nya adalah dengan menutup aurat dan mengenakan pakaian Syar’I. Namun untuk selalu menjadi lebih baik dari hari ke hari selalu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang Muslimah. setidak nya ada 2 hal penting yang harus kita ketahui dalah proses “Hijrah”. Yang pertama adalah proses yang bisa kita control dalam diri kita yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan ikhtiar kita. Proses kedua adalah proses tidak bisa kita control dan datang nya dari Allah, ia rahasia, ia ghaib dan hanya Allah lah yang Tau, atau biasa kita sebut dengan “Hidayah”. Nah buat kamu yang sedang menjalani proses hijrah gak ada salahnya iho girls kamu ikutin tips berikut ini. Selamat mencoba :
1. Bersihkan HatiTerkadang hati kita susah tersentuh oleh hidayah Allah, susah tersentuh oleh nilai – nilai kebenaran adalah karna jiwa dan hati kita masih kotor.Kita selalu mencari pembenaran terhadap apa-apa yang menurut kita benar tapi dalam pandangan islam adalah salah. Contoh yang simple adalah ketika kita enggan menggunakan kerudung dengan alasan “ah nanti susah cari kerja, nanti gimana mau makan nya?” atau “Lebih baik mana pake krudung tapi kelakuan buruk, atau ga pake tapi baik?”. Padahal antara lapangan pekerjaan dan menggunakan krudung tidak ada hubungannya sama sekali. Jika binatang yang melata saja rezeki nya di jamin oleh Allah SWT, lalu bagaimana bisa manusia yang diberkahi akal untuk berfikir takut kehilangan rezeki?



2. Niatkan Dengan Ikhlas
“Innama a’malu binniyyah” bahwa segala perkara ini tergantung dengan niat. Dan pastikan Niat kita berhijrah adalah karenaNya, Karena Allah SWT. TMungkin ketika nanti kita memuolai berhijrah aka nada cemoohan, ledekkan, atau bullying terhadap kita. Tapi, terkadang untuk sesuatu hal yang baik kita perlu untuk menjadi si tuli yang baik.3. Jangan Menunda HijrahKebanyakan wanita yang gagal hijrah adalah mereka yang suka menunda. “Ah nanti aja deh”. Kebiasaan kita adalah demikian karena rasa malas, perlu diketahui bahwa perkataan “sawfa.. sawfaa..”,”nanti aja deh… nanti aja” adalah bagian dari tentara – tentara iblis. Ingatlah nasehat Imam syafi’I “Aku pernah bersama orang – orang sufi. Aku tidaklah mendapat pelajaran darinya dari dua hal, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotong nya, maka ia yang akan memotongmu”
4. Berkumpul Dengan Orang MuslimRasulullah bersabda “Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka, hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa temannya”(HR.Ahmad dan Tirmidzi) Jika kita memiliki sahabat – sahabat yang selalu membantu kita dalam ketaatan kepada Allah, pegang erat – erat dia, jangan pernah kau lepaskan. Karena, mencari sahabat yang baik itu susah, tetapi melepaskannya itu sangat mudah. Dimana kita bisa mencari sahabat yang baik ? Jangan cari mereka di keramaian tempat – tempat yang menyanyi jingkrak-jingkrak tanpa memerhatikan busana nya yang minim itu. Mereka bisa di cari di tempat – tempat yang Allah selalu memberikan berkah seperti Masjid, Halaqoh, Bilik – bilik rumah tempat mereka bersujud. Memilih teman yang baik selagi muda adalah jalan menuju surga.
5. Bersabar dan Nikmati ProsesnyaKesabaran adalah sahabat terbaik baggi penuntut ilmu. Sebab, ilmu, takkan didapatkan tanpa kesabaran melalui proses yang panjang. Begitu juga dalam proses berhijrah, menikmati proses merupakan salah satu kunci untuk istiqomahkan hijrahmu.
Sumber : https://kumparan.com

HIJRAH HATI DENGAN MENUJU ALLAH

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr  radhiyallahu ‘anhuma , Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, “ Seorang muslim adalah yang membuat ...